ugm vs itb versi "googletrends" dan "webometrics"

Siapa sih pengguna internet yang tidak kenal google si mesin pencari ? Bahkan di beberapa milist yang saya ikuti sering tertulis "tanyakan aja pada mbah google" (sebutan mbah / simbah, pada waktu dahulu sering diartikan sebagai orang 'pintar' atau punya indera ke-6). Jadi gak ada salahnya kita juluki "mbah google".
......Btw....diawal tahun 2008 ini alamamaterku UGM tercinta, tercatat menduduki ranking ke-57 Webometric. Dahsyat memang dari peringkat 95 di th 2007 naik drastis ke posisi 57 di awal th 2008. Dan hanya 2 universitas di Indonesia yang nangkring dalam top 100 asia.


Dari tabel tsb, UGM kuat di Visibility (V) yaitu : 692 dan Size (S) :789, dari situsnya webometrics definisi visibility : Jumlah total tautan eksternal yang unik yang diterima dari situs lain (inlink), yang diperoleh dari Yahoo Search, Live Search dan Exalead. Untuk setiap mesin pencari, hasil-hasilnya dinormalisasi-logaritmik ke 1 untuk nilai tertinggi dan kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan peringkat. Sedangkan Size : Jumlah halaman yang ditemukan dari empat mesin pencari: Google, Yahoo, Live Search dan Exalead. Untuk setiap mesin pencari, hasil pencarian dinormalisasi-logaritmik ke 1 untuk nilai tertinggi. Untuk setiap domain, hasil maksimum dan minimum tidak diikutsertakan (excluded) dan setiap institusi diberikan sebuah peringkat menurut jumlah yang dikombinasi tersebut.
Kesimpulan sementara jadi peranan mbah google cukup berperan dalam perankingan ala webometrics.

Lalu apa hubungannya dengan google trends ?



Jika kita ingin mengetahui statistik kata-kata atau keyword yang dicari sebagian besar pengguna internet di dunia atau di Indonesia ? Jawabannya.. bisa digunakan Google trends. Kita tahu bahwa setiap kata yang dimasukkan pengguna akan tersimpan di database google, termasuk asal negaranya, bahkan sampai ke provinsi/kota. Google trends akan menampilkan perbandingan kata-kata yang sering dicari di Internet. Ternyata keyword 'ugm' kalah dengan 'itb', sepanjang tahun 2004 sampai saat ini.
Tetapi celetus salah seorang dosen mipa UGM, yang juga sibuk sebagai konsultan dan praktisi IT sehingga sering kelasnya kosong, "Saat ini webometrics dan THES (the Times Higher Education Supplement) sudah menjadi tolok ukur dari dikti/diknas, sedangkan hasil perbandingan dari google trends ...ya itb lebih ngetrend lahhh ! :D

ber "Starone" ria 100 rb/bln, awas...!


"Ingat ya pak, pemakaian per bulan harus lebih dari 100.000 Ruipah", begitulah kata-kata mbak cs di galery Indosat Kota baru. Why ?? Pesan peringatan tersebut memang cukup beralasan, karena cukup banyak konsumen yang lupa atau berlagak lupa, bahwa tagihan rekening telpon indosat melonjak alias terkena biaya abonemen Rp 30.000. Singkat cerita memang ada ketentuan bahwa untuk paket internet 1GB (pasca bayar) apabila tagihan anda kurang dari 100 rb maka akan dikenai biaya abunemen 30 rb. Bingung ?? jadinya denda atau biaya abunemen, atau denda yang diwujudkan dalam bentuk bayar abunemen ? Detil nya :
http://www.indosat.com/Starone/Starone_New/Paket_Internet_StarOne_Ngorbit

memang dalam situsnya mystarone ataupun indosat gak dijelaskan masalah tersebut, saya juga baru tahu waktu mau jadi pelanggan saja. Kersimpulan saya sementara bahwa memahami setiap iklan yang disajikan oleh operator seluler memerlukan pemahaman ekstra.
Minggu pertama pemakain, hanya saya sesali dengan cemberut dan menggerutu karena koneksi putus-putus dan lelet. HP sudah sesuai nokia cdma 2112 (segel graha), kabel DKU 5 seharga 50 rb, apa nya yang salah ?. Ternyata kabel digambar tsb not so good, kata penjualnya "ana rega ana rupa mas !", lalu saya coba yang original cable 150 rb pun gak joss juga......why ??? Akhirnya suplier komputer PPTIK mas cikcuk (andithacom) dateng dan saya dipersilakan mencoba kabel DKU 5 nya yang juga bisa langsung nge-charge baterry, dan katanya sukses untuk mendownload film ayat-ayat cinta lewat YouTube. Penasaran juga ..... saya jelajahi grosir asesoris HP di kranggan, kosong "Sudah sebulan ini mas kosong", kata ta cik'e. Akhirnya dapat email dari milist, cari kabel aja di Iluva gejayan dan perburuan diakhiri dengan DKU 5 merk BlueTehc dengan harga 45000. Puas....!! walaupun sedikit kecewa dengan "hiding information" dari starone.

Nonton UGM berkomunikasi di "Jogja TV"

21 Maret 2008, disiang bolong saya mendapat SMS dari "dirPPA UGM" yang isinya seperti SMS berantai (masih ingat beberapa tahun lalu ada surat berantai.....sebelum marak orang pakai HP), isi lengkapnya : "Dr Dir PPA : Alangkah menyenangkan kalau warga ugm membuat sms ke kawan2 nya, berjenjang utk nonton tayangan YOGYA TV nanti jam 17:00 acara UGM BERKMMUNIKASI". Tetapi mohon maaf, karena keterbatasan stok pulsa akhirnya yang dapat saya lakukan sebagai salah satu orang yang "cari makan di UGM" hanyalah ikut nonton saja. Diawali dengan kemunculan Pak Rektor UGM (pak Djar) didampingi MC kondang mbak Ninda dan mantan penyiar TVRI pak Suryo Bas, nampak suasana dialog begitu ceria dan cukup baik sebagai bentuk "siaran perdana" ugm berkomunikasi lewat Jogja TV.
Sehari kemudian saya dapat email lewat mail UGM, yang isinya jadwal tayang dan pengisinya....mantaf......! 70 episode dan digilir ke fakultas-fakultas untuk mengisi acara tersebut. Detilnya ada di :
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=infougm&artikel=186
Muncul pertanyaan ... , walaupun sudah dijelaskan di web UGM bahwa "UGM dan Provinsi DIY adalah dua entitas yang secara historis tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya", tetapi tertulis juga sasaran : "Pelajar SMA dan Orangtua Pelajar". Bah..... bingung juga jadinya, padahal peminat UGM dari seantero Nusantara bahkan luarnegeri, tetapi koq siarannya di TV lokal sih ? .
Sedikit Omelan dari salah satu mahasiswa UGM,
"waduh nonton TV ? Gak sempat lah...apalagi masih jam bobok sore, mbok ya...a di upload di YouTube bisa gak sih, biar nyaingin si Tukul 4 mata ?".
Saya renung-renungi betul juga ya celoteh sang mahasiswa, siaran boleh lokal tapi jangkauan Internasional. Hidup YouTube....ayo UGM !