Pakai Kompor Induksi ?, hemat pasti ! tapi....

Anak saya masih kecil-kecil, Fika hampir 5 tahun dan Tisha 1 tahun. Kami mempunyai kesepakan agar anak-anak tidak dibiasakan jajan, masak sendiri.....itu satu solusi yang kami tempuh. Karena kami memang ingin menghindari pemakaian minyak goreng yang sering dipakai berulang-ulang dan juga menghindari "msg" (pelezat masakan). Butuh pengorbanan, harus ada pembantu, langgan Gas 12 kg yang hanya cukup untuk 1 bulan itupun sudah dibantu kadang-kadang pakai kompor listrik. Selintas ada pameran di amplas (ambarukmo plaza) yang dan standing banner berbunyi : "minah sulit, gas mahal, kompor induksi solusinya !". weeeeeeessss..... langsung tertarik tapi harganya woooo masih mahal untuk ukuran orang Jogja : 4 - 7 jt rupiah bahkan ada yang lebih.
Menjadi perenungan dalam perjalanan pulang (karena anak-anak sudah tertidur di mobil), benar gakya lebih murah ???? wong ya masih harus colokin ke listrik ! "Ohhh pasti pak , ini brosurnya ", kata seorang spg yang centil.

Sebagai alumnus JTE, tentunya ingin tahu gimana sih lebih murahnya dilihat dari sisi teknologi :
Prinsip Kerjanya :
(kata pak eka firmansyah dosen JTE) Prinsip kerja dari kompor induksi adalah sebagai berikut: Di dalam kompor terdapat kumparan terbuat dari tembaga berisolasi. Kumparan ini dialiri arus listrik dengan frekuensi 200-300kHz (Ini masih frekuensi rendah, belum frekuensi radio, jadi masih cukup aman dari pengaruh radiasi). Karena ada arus pada kumparan, timbulah medan magnet dengan frekuensi yang sama (200-300kHz). Bila kedalam medan magnet ini diletakkan besi akan timbul arus yang berpusar di dalam besi. Pusaran arus ini akan menimbulkan panas. Selain itu, medan magnet dan karakter besi yang saling berinteraksi akan menimbulkan rugi-rugi magnet (rugi-rugi inti). Rugi-rugi magnet ini juga akan menghasilkan panas. Jadi ada dua mekanisme penghasil panas.


Keuntungan menggunakan induction heating adalah efisiensi yang tinggi, ringkas, dan aman. Panas yang terjadi akibat medan magnet langsung berada pada alat masak. Jadi, transfer panas hanya terjadi dari alat masak ke objek yang dimasak. Sedang pada cara memasak dengan api/kompor listrik biasa, terjadi dua kali perpindahan panas pertama dari api ke alat masak, kedua dari alat masak ke objek yang dimasak. Kompor ini akan tetap dingin meskipun baru saja dipakai memasak. Jadi aman. Ada mekanisme auto-shut down bila terlalu panas.

Dari situsnya mas priyadi dituliskan cukup rinci prosentase penghematan (walaupun dari brosur penjualan) yang cukup fantastis menurutku. yaitu dalam brosur diketahui besar konsumsi energi yang digunakan untuk memasak dua liter air sampai mendidih sebagai berikut: (semoga tidak "hoax").

Tipe Waktu masak Jumlah pemakaian Efisiensi
AOWA Induction Cooker 7 menit 0,202 kWh 85%
Gas Cooker 8 menit 0,04 kg 50%
Electric Cooker 12 menit 0,354 kWh 47%
Lain lain 17 menit 0,236 kg 75%

Dari tabel diketahui konsumsi energi untuk memasak dua liter air adalah 0,202 kWh. Harga tarif dasar listrik untuk keperluan rumah tangga dengan spesifikasi 2200 VA adalah Rp 495/kWh. Maka biaya yang dikeluarkan untuk memasak air tersebut adalah sebesar Rp 495/kWh * 0,202 kWh = Rp 100.

Sekarang giliran kompor gas. Harga satu tabung LPG dengan kapasitas 12 kg adalah sekitar Rp 60 ribu. Dari tabel diketahui konsumsi energi adalah sebesar 0,04 kg Elpiji. Maka biaya yang dikeluarkan untuk memasak air dengan menggunakan kompor gas adalah Rp 60000/12 kg * 0,04 kg = Rp 200.

Hasil perhitungan mengatakan bahwa kompor induksi dapat menghemat biaya operasional sampai setengahnya. wahhh .....gak ada data lain je. Giamana ya buktiinnya ??? Secara teoritis analis memang lebih murah bila dibandingkan dengan kompor listrik yang harus memanaskan filamen untuk menghasilkan panas.

Tapi.... ada beberapa tapi nih :
- Butuh Konsumsi daya Cukup besar diatas 500 watt (padahal rata-rata di jogja masih melanggan 900 watt) Mahal ??? berpikirlah secara cerdas, yang dibayar itu kan energy terpakai bukan "watt" nya katakan kompor tadi 600 watt X 1 jam, kita sudah biasa pakai 1 buah kulkas 75 watt yang beroperasi 24 jam nonstop, yahh gak jauh bedalah.
-Peralatan masak aluminium tidak bisa, karena aluminium bukan termasuk bahan magnetis

Buat blogers ada cerita /pengalaman pakai kompor induksi ? kalau saya mesti tunggu kenaikan gaji untuk bisa menikmatinya. duhhhh ....!

ugm vs itb versi "googletrends" dan "webometrics"

Siapa sih pengguna internet yang tidak kenal google si mesin pencari ? Bahkan di beberapa milist yang saya ikuti sering tertulis "tanyakan aja pada mbah google" (sebutan mbah / simbah, pada waktu dahulu sering diartikan sebagai orang 'pintar' atau punya indera ke-6). Jadi gak ada salahnya kita juluki "mbah google".
......Btw....diawal tahun 2008 ini alamamaterku UGM tercinta, tercatat menduduki ranking ke-57 Webometric. Dahsyat memang dari peringkat 95 di th 2007 naik drastis ke posisi 57 di awal th 2008. Dan hanya 2 universitas di Indonesia yang nangkring dalam top 100 asia.


Dari tabel tsb, UGM kuat di Visibility (V) yaitu : 692 dan Size (S) :789, dari situsnya webometrics definisi visibility : Jumlah total tautan eksternal yang unik yang diterima dari situs lain (inlink), yang diperoleh dari Yahoo Search, Live Search dan Exalead. Untuk setiap mesin pencari, hasil-hasilnya dinormalisasi-logaritmik ke 1 untuk nilai tertinggi dan kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan peringkat. Sedangkan Size : Jumlah halaman yang ditemukan dari empat mesin pencari: Google, Yahoo, Live Search dan Exalead. Untuk setiap mesin pencari, hasil pencarian dinormalisasi-logaritmik ke 1 untuk nilai tertinggi. Untuk setiap domain, hasil maksimum dan minimum tidak diikutsertakan (excluded) dan setiap institusi diberikan sebuah peringkat menurut jumlah yang dikombinasi tersebut.
Kesimpulan sementara jadi peranan mbah google cukup berperan dalam perankingan ala webometrics.

Lalu apa hubungannya dengan google trends ?



Jika kita ingin mengetahui statistik kata-kata atau keyword yang dicari sebagian besar pengguna internet di dunia atau di Indonesia ? Jawabannya.. bisa digunakan Google trends. Kita tahu bahwa setiap kata yang dimasukkan pengguna akan tersimpan di database google, termasuk asal negaranya, bahkan sampai ke provinsi/kota. Google trends akan menampilkan perbandingan kata-kata yang sering dicari di Internet. Ternyata keyword 'ugm' kalah dengan 'itb', sepanjang tahun 2004 sampai saat ini.
Tetapi celetus salah seorang dosen mipa UGM, yang juga sibuk sebagai konsultan dan praktisi IT sehingga sering kelasnya kosong, "Saat ini webometrics dan THES (the Times Higher Education Supplement) sudah menjadi tolok ukur dari dikti/diknas, sedangkan hasil perbandingan dari google trends ...ya itb lebih ngetrend lahhh ! :D

ber "Starone" ria 100 rb/bln, awas...!


"Ingat ya pak, pemakaian per bulan harus lebih dari 100.000 Ruipah", begitulah kata-kata mbak cs di galery Indosat Kota baru. Why ?? Pesan peringatan tersebut memang cukup beralasan, karena cukup banyak konsumen yang lupa atau berlagak lupa, bahwa tagihan rekening telpon indosat melonjak alias terkena biaya abonemen Rp 30.000. Singkat cerita memang ada ketentuan bahwa untuk paket internet 1GB (pasca bayar) apabila tagihan anda kurang dari 100 rb maka akan dikenai biaya abunemen 30 rb. Bingung ?? jadinya denda atau biaya abunemen, atau denda yang diwujudkan dalam bentuk bayar abunemen ? Detil nya :
http://www.indosat.com/Starone/Starone_New/Paket_Internet_StarOne_Ngorbit

memang dalam situsnya mystarone ataupun indosat gak dijelaskan masalah tersebut, saya juga baru tahu waktu mau jadi pelanggan saja. Kersimpulan saya sementara bahwa memahami setiap iklan yang disajikan oleh operator seluler memerlukan pemahaman ekstra.
Minggu pertama pemakain, hanya saya sesali dengan cemberut dan menggerutu karena koneksi putus-putus dan lelet. HP sudah sesuai nokia cdma 2112 (segel graha), kabel DKU 5 seharga 50 rb, apa nya yang salah ?. Ternyata kabel digambar tsb not so good, kata penjualnya "ana rega ana rupa mas !", lalu saya coba yang original cable 150 rb pun gak joss juga......why ??? Akhirnya suplier komputer PPTIK mas cikcuk (andithacom) dateng dan saya dipersilakan mencoba kabel DKU 5 nya yang juga bisa langsung nge-charge baterry, dan katanya sukses untuk mendownload film ayat-ayat cinta lewat YouTube. Penasaran juga ..... saya jelajahi grosir asesoris HP di kranggan, kosong "Sudah sebulan ini mas kosong", kata ta cik'e. Akhirnya dapat email dari milist, cari kabel aja di Iluva gejayan dan perburuan diakhiri dengan DKU 5 merk BlueTehc dengan harga 45000. Puas....!! walaupun sedikit kecewa dengan "hiding information" dari starone.

Nonton UGM berkomunikasi di "Jogja TV"

21 Maret 2008, disiang bolong saya mendapat SMS dari "dirPPA UGM" yang isinya seperti SMS berantai (masih ingat beberapa tahun lalu ada surat berantai.....sebelum marak orang pakai HP), isi lengkapnya : "Dr Dir PPA : Alangkah menyenangkan kalau warga ugm membuat sms ke kawan2 nya, berjenjang utk nonton tayangan YOGYA TV nanti jam 17:00 acara UGM BERKMMUNIKASI". Tetapi mohon maaf, karena keterbatasan stok pulsa akhirnya yang dapat saya lakukan sebagai salah satu orang yang "cari makan di UGM" hanyalah ikut nonton saja. Diawali dengan kemunculan Pak Rektor UGM (pak Djar) didampingi MC kondang mbak Ninda dan mantan penyiar TVRI pak Suryo Bas, nampak suasana dialog begitu ceria dan cukup baik sebagai bentuk "siaran perdana" ugm berkomunikasi lewat Jogja TV.
Sehari kemudian saya dapat email lewat mail UGM, yang isinya jadwal tayang dan pengisinya....mantaf......! 70 episode dan digilir ke fakultas-fakultas untuk mengisi acara tersebut. Detilnya ada di :
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=infougm&artikel=186
Muncul pertanyaan ... , walaupun sudah dijelaskan di web UGM bahwa "UGM dan Provinsi DIY adalah dua entitas yang secara historis tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya", tetapi tertulis juga sasaran : "Pelajar SMA dan Orangtua Pelajar". Bah..... bingung juga jadinya, padahal peminat UGM dari seantero Nusantara bahkan luarnegeri, tetapi koq siarannya di TV lokal sih ? .
Sedikit Omelan dari salah satu mahasiswa UGM,
"waduh nonton TV ? Gak sempat lah...apalagi masih jam bobok sore, mbok ya...a di upload di YouTube bisa gak sih, biar nyaingin si Tukul 4 mata ?".
Saya renung-renungi betul juga ya celoteh sang mahasiswa, siaran boleh lokal tapi jangkauan Internasional. Hidup YouTube....ayo UGM !